Alkisah, Nabi Adam diturunkan ke bumi, karena beliau tergoda degan rayuan Siti Hawa, sehingga akhirnya Nabi Adam diturunkan ke bumi. Seseorang perempuan adalah godaan yang sangat besar bagi seseorang laki-laki, tidak sedikit kita temukan bahwa seseorang pelajar, bahkan seorang santri pun banyak yang putus belajar karena godaan seorang wanita. Ada seseorang yang mengatakan tidak ada hiburan yang lebih baik dan lebih indah kecuali seorang perempuan.
Selain dari kisah Nabi Adam, banyak lagi kisah yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang terjerumus kedalam jurang kehancuran akibat rayuan seorang wanita, diataranya adalah Bal’am bin Ba’ura, ia sebelum menuruti permintaan istrinya, adalah seorang yang terkenal dengan kealiman dan keistiqomahannya, bahkan dia diberi keistimewaan oleh Allah bisa mengetahui sesuatu yang akan terjadi, tapi sayangnya Bal’am ini masih bisa tergoda dengan rayuan istrinya, istrinya menyuruhnya mendoakan Nabi Musa celaka, sehingga akhirnya ia menjadi orang yang hina. Memandang seseorang wanita, jangan cuma dipandng dari segi kecantikan dan kekayaannya saja, karena apabila kita cuma memandang wanita hanya dari segi kecantikan dan kekayaannya saja, maka kita akan bahagia sesaat saja, kecantikan wajah dan kekayaan, adalah sifatnya sementara, kecantikan dan kekayaan suatu saat pasti akan bisa hilang, kecantikan wajah umpanya, kecantikan luar akan bisa hilang, apabila seseorang perempuan tersebut memasuki usia tua. Kecantikan yang tidak akan bisa hilang adalah kecantikan yang timbulnya sari dalam, atau yang disebut dengan wanita yang memiliki inner beauty (kecantikan dalam).
Seorang pria yang hendak menikahi wanita, kata Rasulullah, tidak lepas dari empat faktor: satu kecantikannya, kedua kekayaannya, ketiga nasabnya (keturunan) dan yang keempat agamanya, tapi di hadits ini Rasulullah menegaskan bahwa kita akan beruntung, apabila kita menikahi seorang wanita karena agamanya. Di dalam hadits ini Nabi memberi tahukan kepada kita bahwa seorang wanita yang baik itu, bukanlah wanita yang memiliki wajah yang cantik, kaya dan keturunan orang besar, akan tetapi wanita yang baik itu adalah wanita yang keagamaanya kuat, kecantikan fisik perlu disyukuri karena itu anugerah ilahi, tapi kecantikan fisik hanya akan menanam kekaguman sesaat dimata pria dan akan berbalik menjadi pelecehan dan penistaan apabila tanpa diimbangi dengan kecantikan perilaku; banyak pelacur dan wanita murahan berwajah cantik. Sebaliknya, dalam banyak fakta inner beauty atau kecantikan perilaku, keindahan hati dan kedewasaan sikap akan menanamkan kekaguman dan penghargaan abadi dan bertahan lama baik dari sang suami maupun lingkungan sekitar. Inilah mengapa dalam Rasulullah dalam hadits diatas memerintahkan seorang pria untuk memilih calaon istri berdasarkan pada kecantikan hatinya (lidiniha), bukan karena kecantikan lahir atau hartanya.1 Islam sangat menekankan pada pengembangan inner beauty atau kecantikan perilaku karena memang pada kecantikan perilaku itulah tergantung masa depan dan baik buruknya seorang muslimah baik sebagai pribadi, sebagai ibu, sebagai bagian dari masyarakat Islam dan, yang tak kalah penting, sebagai bagian dari masyarakat dunia. 2
Apabila kita menginginkan seseorang wanita yang memiliki inner beauty (kecantikan dalam) atau salihah, maka kita harus menjadi orang yang baik pula,
Allah SWT berfirman: الخبيثات للخبيثين والخبيثون للخبيثات والطيبات للطيبين والطيبون للطيبات أولئك مبرءون مما يقولون لهم مغفرة ورزق كريم. (النور 26)
Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) (An-Nur 26)
Ayat diatas menunjukkan bahwa, apabila kita ingin memiliki pendamping yang baik maka kita juga harus menjadi orang yang baik. Kita jangan terlalau memimpikan pendamping yang memiliki inner beauty, apabila kita serndiri tidak berusaha menjadi orang yang baik dan menyenangkan bagi semua orang.
Referensi: 1. . K.H. Ahmad Fatih Syuhud. Wanita Shalihah Wanita Modern. Hal 35-36. Perc: Pustaka Al-Khoirot, Maret 2009.
2. Ibid. Hal 52
0 komentar: