Terkenang selalu masa kecil dulu sering aku merajuk dalam kedamaian jiwamu
selalu ada waktu untuk ku anakmu tak pernah kau mengeluh walaupun sesaat lelahmu dan tak pernah berubah hingga aku dewasa engkau selalu setia
ayah dengan apakah aku kan membalasnya semua budi jasamu padaku
karena aku tak punya yang sebanding nilainya dengan budi jasamu padaku
maafkanlah anakmu jika hanya doaku yang dapat ku berikan.
begitulah syair yang dilantunkan oleh Mayada dengan irama yang syahdu dan suara yang merdu hingga menyentuh kalbu. Mungkin lagu ini sudah tidak asing lagi bagi kalangan pecinta musik Islami apa lagi dikalangan para santri. Memang benar kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak bisa tergantikan dengan apapun bentuknya, ditengah keasyikannya bermimpi, Ia rela dibangunkan untuk mengganti popok anak-anaknya. Disela kenikmatan makannya ia bersedia mengantar anaknya kekamar mandi. Tanpa rasa kesal di hatinya.
Saat menerima gaji hanya anaknya yang pertama dipikirkan bagai mana melunasi biaya pendidikanya, buku-bukunya dan pakaianya. Belum lagi ketika keluar kota. buah hatinya yang paling diutamakan kira-kira oleh-oleh apa yang paling disukainya.Setiap pertimbangan yang diambilnya dalam menghadapi suatu masalah didasarkan atas kebahagiaan sang anak. Mereka tidak ingin karena salah melangkah anak yang terkena dampaknya apa yang mereka usahakan tak lain hanya untuk kebahagiaan sang buah hatinya.
Sampai Ada pepatah madura berkata: “mun anak telabbu ke somur, oreng tua langsung alabbu tapi mun oreng tuah telabbu, anak gik nyarih andeh” (Apabila anak jatuh kesumur maka orang tua langsung ikut nyebur tapi kalau orang tua yang jatuh kesumur anak masih cari tangga) itu hanya sekedar pepatah, mungkin karena begitu sayangnya orang tua pada sang anak, beda sekali dengan anak pada orang tuanya
Sebenarnya semua yang mereka lakukan bukan untuk mengharap balasan sedikitpun karena balasan apapun tidak akan sebanding dengan apa yang mereka perbuat. Ibnu Umar pernah melihat seorang dari Yaman bertowaf di Ka’bah sambil menggendong ibuknya, orang itu berkata aku baginya ibarat untanya yang manja “bila unta mengagetkan penunggang-nya aku tidak seperti itu” kemudian orang itu berkata wahai Ibnu Umar apa menurutmu aku sudah membalas kebaikan ibu ku? “Ibnu Umar menjawab, belum, meskipun sekedar satu erangan ibumu saat melahirkanmu.”
Dalam kisah lain ada seorang laki-laki mendatangi Umar bin Khotob Ra. Ia memberi tahu bahwa ibunya lumpuh, ia selalu menggendong-nya ke kamar kecil serta melindunginya dari bahaya, iya bertanya kepada Umar “apakah dengan hal itu aku telah memenuhi hak-nya, Umar menjawab, “Belum” orang itu bertanya “mengapa? “ umar menjawab “ karena kamu merawatnya namun kamu mengharap kematiannya sedangkan ia dulu merawatmu saat kamu masih kecil, melindungimu dari bahaya dan mengharapkan mu tetap hidup.
Oleh karena itu tak ada satu insanpun yang dapat membandingi kebaikan orang tuanya, memang benar orang tua tidak mengharapkan imbalan dari anaknya hanya rasa bakti semata yang mereka harapkan dengan itu saja sudah cukup.
Tapi sebuah fakta yang nyata bukan sekedar hayalan maupun lamunan yang tidak mengandung kebenaran menunjukkan bahwa banyak seorang anak yang tidak punya belas kasihan yang sangat mengecewakan orang tuanya terkadang karna kekayaanya ia jadikan orang tuanya ibarat seorang pembantu dalam rumahnya mereka yang menyucikan bajunya yang membukakan pintu gerbangnya tanpa belas kasihan kadang ia membentaknya apakah ia tidak merenungi firman Allah:
Artinya: “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu”. (QS Al-Isra’:23)
Sebenarnya kemana perasaan sang anak ini .kadang ada juga anak yang tidak punya belas kasihan ketika orangtuanya sudah usia lanjuk mereka enggan merawatnya ia titipkan orang tuanya pada panti jompo terkadang ada juga yang enggan mengurusnya hingga mereka terlantar di pinggir jalan padahal Nabi SAW bersabda: “Alangkah rugi…alangkah rugi…alangkah rugi.” Dikatakan, “siapakah dia wahai rosulullah?” beliau mejawab,”orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya ketika telah lanjut, tetapi, ia tidak masuk syurga karenanya. (HR.Muslim) Bagaimana pun rupa dan kondisi orang tua kita, sudah sepantasnya kita hormati, hargai, sayangi, dan layani mereka dengan baik dan tulus. Jangan pernah merasa terbebani oleh orang tua, namun anggaplah mereka sebagai ajang untuk mencari amal sholeh sebagai tiket kita ke syurga kelak. Ingat! ridho Allah adalah ridho orang tua.
Oleh: M. Toha
Santri: PP. Al-Khoirot
Email: toha@alkhoirot.com
0 komentar: