Senin, 07 Februari 2011

Pengaruh lingkungan alam

Mukarrom  /  at  01.32  /  No comments






Tak bisa dipungkiri bahwa keharmonisan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang selalu ditingkatkan dari waktu kewaktu. Dalam keadaan apapun dimanapun. Kehidupan manusia terpengaruh dan tergantung kepada lingkungan yang dihuninya, semakin baik kondisi lingkungan yang ditempatinya maka semakin tinggi tingkat keharmonisannya.
Dalam kesadaran manusia dahulu pun manusia sudah melakukan pendekatan hal ini dan menerapkannya dalam keseharian, kearifan inilah yang memunculkan harmonisasi antara manusia dengan lingkungannya.
Saking besar dan pentingnya peranan lingkungan/alam yang kita huni, sampai-sampai pada hari tanggal 5 Juni kita kenal dengan hari lingkungan dunia.
Kita patut bersyukur kepada Allah karena kita telah disediakan bumi beserta isinya yang lengkap kepada kita, segala keperluan manusia dari jaman dulu sampai sekarang selalu terpenuhi tidak pernah kekurangan sama sekali.
Kita juga dikarunia oleh Allah keterampilan mengolah sebaik mungkin segala sesuatu yang ada di planet ini baik itu yang ada di darat, laut, angkasa, di permukan atau bahkan yang terletak di dalam bumi sekalipun. Semua hal itu bisa mendatangkan kemanfatan dan kenyamanan kepada kita bila kita mengatur dan mengolahnya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah, namun hal itu juga bisa menjadi bencana bagi kita apabila kita menyalah gunakannya.
Akibat dari keserakahan, keegoisan dan kejahatan seseorang, kita yang yang baik-baik sering merasakan dampaknya, masalah lingkungan ini termasuk salah satu masalah yang besar, bila kita teliti lebih jauh maka akibat yang ditimbulkan dari kerusakan alam lingkungan itu tidak hanya berpengaruh dalam masalah global—dalam arti yang bersangkutan dengan kelanjutan hidup manusia—namun hal itu juga berpengaruh dalam masalah sosial budaya baik itu masalah agama maupun masalah pemerintahan.

Kemiskinan, kelaparan, perampokan, korupsi, kerusuhan yang bersifat sara maupun yang bersifat nasional, bahkan kasus yang bersifat agama seperti pemurtadan dan kristenisasi, semua itu bila kita teliti lebih jeli salah satu dari penyebabnya ialah dimulai dari masalah lingkugan. Kita ambil beberapa contoh, pertama yang bersifat bukan global ialah dalam kasus perusakan hutan, akibat dari kerusakan hutan, akibat dari penjarahan oleh orang-orang yang serakah, orang-orang yang berada di sekitar itu khususnya terkena imbasnya, apabila musim hujan telah datang tak jarang hal itu mengakibatkan banjir yang memporak-porandakan harta mereka akibatnya mereka kehilangan barang berharga mereka, baik yang bersifat harta atau pun bukan, orang-orang yang kehilangan harta yang tidak kuat lagi mentalnya sebagaian dari mereka menjadi gila, dan sebagian karena tidak mempunyai harta—sementara bantuan dari pemerintah jauh dari kelayakan atau bahkan tidak sampai kepada mereka—tidak sedikit dari mereka yang asalnya baik-baik malah nekat ngerampok atau mencuri demi memenuhi kebutuhan hidupnya; seorang istri yang mempunyai anak dan kehilangan harta, sanak kerabat dan suami terkadang karena himpitan ekonomi terkadang menjual diri mereka demi sesuap nasi untuk dirinya dan anaknya.
Kemudian dalam kasus Tsunami Aceh-Sumut. Pada waktu itu simpati dari berbagai orang datang, segala bantuan dari berbagai tempat mengalir baik yang datang dari dalam atau pun luar negeri, baik itu berupa bantuan medis, logistik tranportasi komunikasi, maupun bantuan non-material. Namun ketika penghianatan yang terjadi di tanah rencong yang di lakukan oleh uluran tangan asing bagi Aceh-Sumut maka para relawan dan orang-orang Islam mulai enggan menerima bantuan itu.
Mereka (orang Muslim khususnya) bukannya melakukan demikian bukan tanpa ada alasan dan bukti yang nyata, misalnya saja bantuan yang diberikan oleh orang-orang Kristen; bantuan yang diberikan mereka yang masih dibungkus—terutama yang diberikan kepada anak kecil—mereka kasih berbagai macam simbol-simbol yang berkaitan dengan Kristen seperti gambar Yesus, Maria, Santa, salib dan lain sebagainya.

Mengapa mereka memberikan paket itu kok masih diberi gambar-gambar seperti itu, seharusnya kalau itu cuma bentuk bantuan kenapa harus di beri embe-embel seperti itu? Kalau alasannya sebagai penghibur atau penyenang atau apalah itu semuanya gak masuk akal, pasti ada hal-hal yang disembunyikan.
Kemudian yang kedua; tentunya kita mengenal sekelompok scientologi asal Australia yang memberikan bantuan dalam bentuk non-material, scientologi ialah sejenis pengobatan alternatif yang menggunakan pendekatan sugestif untuk “menyambung” luka dalam tubuh.
Cuma, memang ada yang aneh dari keterlibatan asing tersebut. Di Muelaboh misalnya, misionaris Prancis mengenakan jilbab, memberikan bantuan sambil mewartakan “kesamaan agama”. Saat ditegur relawan Muslim perihal busananya yang saru, si Prancis mengatakan itu dilakukannya untuk menyesuaikan diri dengan adat setempat.


Washington Post edisi 13 Januari terang-terangan mengunganggapkan aksi misionaris mengambil anak yatim Aceh. WorldHELP, kelompok misionaris yang berbasis di Virginia, Amerika, menyatakan sudah menerbangkan 300 anak yatim Aceh korban tsunami dari Banda Aceh ke Jakarta. Anak-anak malang ini di tampung di sebuah panti anak Kristen dan kemudian tentunya didik dengan cara Kristen alias di murtadkan.
Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang bila kita—orang-orang yang sadar—mendengarnya terkadang hati ini teriris, menangis dan entah apa lagi.
Contoh kedua yang bersifat global, akibat dari pemanasan global yang terjadi sekarang ini tidak hanya menyebabkan kisah mencairnya es di kutub bumi. Efek dari menghangatnya atsmosfer terasa pula oleh petani di Indonesia, hal ini disebabkan karena atmosfer seperti air pada bejana berhubungan: saling terkait saling mempengaruhi. Diantara contoh efek pemanasasan global yang terjadi di Indonesia ialah ;
Ø Serangan angin kencang meningkat
Ø Musim hujan terlambat, mengkibatkan petani di berbagai daerah gagal tanam
Ø Suhu udara tidak menentu terkadang disebagian daerah meningkat dan di sebagain daerah menurun
Ø Penyakit malaria yang asalnya hanya berada di daerah rendah kini sudah merambah ke daerah yang lebih tinggi dan lain sebagainya.
Kita seharusnya sebagai insan yang telah diberi akal dan hati nurani hendaknya menggunakan nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita sesuai dengan apa nikmat itu diciptakan untuk kita, jangan malah berbuat kerusakan di bumi ini.
Allah swt berfirman yang artinya kurang lebih. “Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. [1]"
Pada ayat lain juga menjelaskan akan larangan Allah kepada kita untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini: [2]Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan“. Dan anda masih menemukan banyak lagi ayat yang berhubungan dengan kerusakan misalnya Q.S Al-Baqoroh: AL-Maidah: 32, Al-A’raf: 56, 74, 86, Hud:16, As-Syu’ara;183 dan lain sebagainya.
Kita umat Islam—khususnya dan orang pesantren lebih-lebih—juga mempunyai andil yang penting dalam masalah lingkungan alam ini. Kita hendaknya dengan segala kemampuan yang kita miliki turut menjaga keseimbangan dan keserasian alam lingkungan yang kita tempati khususnya dan seluruh bumi pada umumnya, perbuatan yang bisa kita sumbangkan misalnya dengan mengadakan penanaman pohon hijau, menangani masalah sampah yang ada di sekitar kita, menanami di sekitar tempat tinggal kita dengan tanaman dan lain sebagainya. Karena semua lingkungan yang ada di seluruh bumi ini saling bergantunga, maka tidak sepatutnya memperhatikan satu lingkungan dan menelantarkan alam lingkungan yang lain.
Bila kita menelantarkan atau acuh tak acuh kepada alam lingkungan baik yang ada di sekitar kita ataupun yang lainnya misalnya kita diam saja membiarkan orang-orang melakukan pembalakan liar, pencurian kayu, pengerusakan ekosistem baik itu yangitu yang berada di darat, angkasa maupun di laut dan lain sebagainya maka suatu saat kita akan juga terkena imbasnya pula.
Renungkanlah firman Allah dalam surat Ar-rum: 41, yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusai, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) dan ayat “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya". Wollohu ’alam[]

Oleh: Syamsuri
Alumni: PP. Al-Khoirot



[1] Walaupun sebagain ahli tafsir menafsirkan yang dimaksud dengan kurusakan di atas ialah bukan berarti kerusakan benda atau lingkungan, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam. Akan tetapi ayat itu juga bisa menyangkut segala bentuk kerusakan baik yang bersifat material ataupun tidak, yang mana semuanya itu timbul dari kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia (pen).
[2] Q.S Al-Baqoroh:205

Share
Posted in: Posted on: Senin, 07 Februari 2011

0 komentar:

Blog Archive

Labels

Profil

Foto saya
Alumni PP. Al-Khoirot Karangsuko Pagelaran Malang, dan Sekarang menjadi Mahasiswa Ibnu Sina Kepanjen, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Copyright © 2014 MUKARROM. Alumni PP. Al-Khoirot Malang | Konsultasi Syariah Islam FB-Q Facebook
Blog Q. Proudly Powered by Blogger.