Manusia yang memandang semua aspek kehidupannya dengan penuh kegembiraan dan keceriaan, meskipun sebenarnya itu menyedihkan, maka orang tersebut disebut orang yang optimis. Namun sebaliknya, orang yang selalu menganggap disetiap kehidupannya penuh dengan kesedihan, maka orang itu disebut orang yang pesimis.
Orang optimis akan menganggap segala hal yang ia jalani dalam kehidupannya penuh dengan keceriaan, meskipun menurut orang lain adalah sesuatu yang menyedihkan, baik berupa sakit yang menderanya, atau kemiskinan yang membelitnya. Seorang yang optimis tidak pernah merasa putus asa dalam menghadapi dan menjalani hidup yang komplek dengan berbagai problematikanya. Terutama dengan rahmat Allah, ia akan senantiasa yakin bahwa rahmat Allah sangat luas melebihi luas langit dan bumi. sekalipun ia berada di tepi jurang kehancuran yang siap melumat dan meluluhlantahkan kehidupannya, ia tetap yakin dan optimis bahwa Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya yang selalu yakin dengan pertolongan-Nya, sebagaimana firman Allah swt. “Dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali Imron: 103),
Dalam sebuah Nabi Muhammad saw juga bersabda “Sesunguhnya Allah swt memiliki 100 rakmat, dari semua rahmat-Nya tersebut Allah hanya menurunkan satu rahmat yang diperuntukkan bagi jin, manusia, hewan melata, ….., dengan satu rahmat itu, semua makhluk saling kasih-mengasihi, dengan satu rahmat itu pula binatang buas mengasihi anaknya, sedangkan rahmat-Nya yang 99 akan Allah berikan kepada hambanya kelak pada hari kiamat” (HR. Imam Muslim: 4944)
Seseorang yang optimmis yakin bahwa ia mampu menghadapi segala problematika hidup, karena ia telah memiliki cita-cita yang agung.
Lainnya halnya dengan orang yang pesimis, ia akan selalu memandang kehidupannya penuh dengan keresahan, kegelisahan, dan kesedihan baik dalam keadaan sehat, kaya, suasana gembira, aman, dan lain sebagainya. Apalagi dalam keadaan susah, seperti miskin, sakit, sedih dan lain sebagainya. Sehingga ia putus asa dan pasrah dengan semua keadaan sebelum mencoba dan berusaha untuk merubahnya. Ia menvonis hidupnya dengan mematikan semangat dalam jiwanya dan tidak mempunyai keinginan untuk merubahnya, ia menvonis bahwa dirinya tidak akan mampu mengahadapi segala problem dalam kehidupannya.
Sebagai seorang mukmin, kita harus senantiasa optimis dengan segala rahmat Allah yang maha luas, ingat semua karunia-Nya, janji-Nya dengan pahala yang agung, serta kemuliaan-Nya begitu Agung. Senantiasa ingat begitu banyaknya nikmat yang Allah berikan, baik dalam urusan agama maupun keduniaan, serta ingat betapa luas rahmat-Nya karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Kaya dan Pemurah. Allah swt berfirman “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar:54).
Kita semua pasti masih ingat sebuah hadits Nabi Muhammad saw yang menceritakan tentang kisah seorang dari bani Israil? Yaitu pada masa bani Israil ada seorang laki-laki, yang kalau bisa disebut sebagai pembunuh bayaran, selama hidup ia telah membunuh sebanyak 99 orang. Mungkin karena merasa banyak dosa ia datang pada seorang Rahib, ia bertanya kepada rahib tersebut seraya dengan penuh harap mungkin masih ada kesempatan baginya, “Apakah masih ada pintu taubat bagiku? Rahib tersebut menjawab dengan tegas “tidak ada. Maka seketika itu pula ia membunuh rahib tersebut sekaligus melengkapi rekor pembunuhannya menjadi 100 orang.
Ketika terjadi perdebatan kedua malaikat yang tidak kunjung menemukan kepastian, Allah swt mengilhamkan kepada tempat yang dituju laki-laki tersebut agar lebih mendekat dan kepada tampat yang ia tinggalkan agar semakin menjauh, setelah itu Allah swt memerintahkan kepada kedua malaikat agar mengukur jarak antara kedua tempat tersebut. Mana yang lebih dekat, tempat yang dituju atau tampat yang ia tinggalkan. Ternyata setelah diukur, tempat yang dituju lebih dekat 1 hasta dibandingkan tempat yang ditinggalkan. Oleh sebab itu dosa-dosa laki-laki tersebut diampuni. (HR. Bukhori).
Orang beriman yang optimis dengan rahmat Allah tidak mengukur kesuksesan dalam hidup ini berdasarkan kesuksesan materi semata, tapi kesuksesan juga harus ditinjau dan diimbangi dengan kwalitas ketaqwaan dan keimanannya, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (QS. An-Naba` 78:31).
Berbeda dengan orang-orang materialis dalam mengukur kesuksesan seseorang, mereka menganggap orang sukses adalah orang yang memilki harta yang banyak, pakaian yang serba mahal, makanan yang serba enak, dan mobil yang super mewah, meskipun akhlak atau moral mereka bejat dan tidak pernah menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah diwajibkan oleh agama. Apa arti kesuksesan materi jika kita tidak bermoral? Apa arti kesenangan dunia jika siksa serta kesengsaraan akhirat senantiasa menunggu kita untuk menyiksa dan menyengsarakan kita selama-lamanya?
Berangkat dari cerita dalam hadits tersebut, maka sebagai seorang yang beriman, terutama santri, tidak sepatutnya kita pesimis dalam menjalani hidup ini. Jalani hidup sesuai dengan yang telah digariskan dan ditentukan oleh Allah swt. namun perlu diingat, menjalani hidup apa adanya bukan berarti kita pasrah dengan menanggalkan usaha serta ikhtiar yang telah Allah karuniakan pada manusia. Allah telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk ber-ikhtiyar, memilih dan merubah jalan hidupnya sendiri (QS. Al-Anfal. 8:53)
Kalau kita mau sadar dan mengambil pelajaran dari kisah di atas, tentu kita tidak akan pesimis. Seorang pembunuh yang sangat kejam dan tidak pernah berbuat kebaikan sekalipun dalam hidupnya, yang oleh orang lain divonis tidak akan bisa diampuni dosanya, Allah masih memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya dengan mengampuni semua dosa yang telah ia perbuat hanya karena ia tidak putus asa (optimis) dengan rahmat (ampunan) Allah. Lantas bagaimana dengan kita, sebagai orang yang beriman, masihkah kita akan pesimis dalam menjalani hidup ini? Masihkah kita akan selalu mengeluh, meratapi nasib dan tidak mau bangkit dari keterpurukan? menjadi tidak bergairah dalam menjalani hidup hanya karena hal yang sepele, hanya karena gagal mendapatkan sesuatu yang kita inginkan? Kita kan juga tahu bahwa tidak akan putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir (QS. Yusuf . 12:87).
Optimis Melewati Cobaan
Cobaan dalam hidup pasti akan menimpa siapa saja, orang miskin maupun orang kaya, berilmu atau tidak berilmu, yang bujang maupun yang sudah berkeluarga. Selama masih bisa dibilang manusia, pasti akan menghadapi dan menemui cobaan dalam hidupnya. Dan cobaan itupun berbeda-beda, orang kaya, ada yang kehilangan harta kekayaannya lantaran karena faktor krisis global yang berakibat pada kebangkrutan perusahan yang ia miliki. orang miskin diuji dengan sulitnya untuk keluar dari kemiskinan, meskipun sudah berusaha dengan sekuat tenaga tapi mereka tetap saja miskin.
Sedangkan cobaan bagi kita-kita yang masih bujang, terkadang kita kesulitan untuk menemukan pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria yang kita inginkan, terkadang sudah ada yang sesuai, tapi ada saja halangan dan cobaan, mulai dari orang tua si do`i yang tidak setuju (mungkin karena kita tidak sesuai dengan kriteria mereka, kalei..! tapi sabar dan tegar aja ya, mungkin bukan jodoh) atau keburu dipinang orang lain (siapa suruh ga cepetan..?!), dan lain sebagainya.
Namun apa dan seperti apapun cobaan itu, semua pasti ada hikmahnya, karena bagi orang yang beriman, lebih-lebih orang yang berilmu, apapun yang terjadi di dunia ini semua atas kehendak dan skenario yang Maha Bijaksana. Dia lebih Tahu dari kita, apa yang terbaik bagi hamba-hambanya yang beriman, Dia Maha Bijaksana tidak akan pernah aniaya terhadap hamba-Nya. Mungkin sekilas cobaan tersebut nampak seperti menyakitkan, tapi pada hakikatnya itu adalah terbaik bagi kita “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. Al-Baqarah 2:216)
Nah.! Sekarang kita sudah tahukan bagaimana kita harus bersikap? Yaitu optimis dan terus optimis. Dan kalau masih belum juga bisa optimis, mari kita coba telaah kembali beberapa manfaat dan cara menjadi orang yang optimis dalam artikel Jalani Hidup dengan Optimis, Heni`s site: www.multiply.com) dibawah ini:
Manfaat Optimis:
Pertama: Optimis menghindarkan kita dari stres. Karena mereka selalu berpositif thingking terhadap suatu masalah, meskipun begitu banyak cobaan yang dialami tetap tabah, tawakal dan ikhlas menjalaninya. Tetap tersenyum manis, dan mengisi hari-harinya dengan humor. Sehingga jarang stres ini dikarenakan otot-otot wajah berkontraksi, mengurangi aliran darah kepembuluh darah terdekat. Hal ini membuat darah menjadi dingin, menurunkan temperatur batang otak danmemicu produksi batang otak dan memicu produksi seretin yang membuat tubuh terasa nyaman.
Kedua: Menyebabkan tubuh kita tidak gampang terserang penyakit. Penyakit ditahan tubuh oleh pikiran, oleh pengamatan penyakit, dan oleh perhatian yang diberikan oleh penyakit kepada kita. Jika merasa tidak enak badan, jangan membicarakannya, kecuali jika anda menginginkannya lebih banyak keadaan tidak enak. Jadi selalu pikirkanlah bahwa kita sehat. Doa biar kita terhindar penyakit, " Allahumma 'aafini fii badani, Allahummma 'aafini fii sam'i, Allahumma 'aafini fii bashari, laa ilaaha illa anta," ya..Allah sehatkanlah badanku, ya..Allah sehatkanlah pendengaranku, ya...Allah sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan selain Engkau..!
Ketiga: Orang yang optimis lebih banyak mengalami kesuksesan, karena mereka menjadikan kegagalan yang mereka alami sebagai sebuah cambuk menuju keberhasilan. Orang optimis itu selalu penuh harapan. Harapan itu tercetus karena mereka memiliki keyakinan yang luar biasa ( dalam Islam disebut keimanan ) “ Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Alam Nasyrah 5-8). (Jalani Hidup dengan Optimis, Heni`s site: www.multiply.com)
Cara Menjadi Orang yang Optimis:
- Rajin memperdalam keimanan kita
- Melihat Sejarah. Membuka-buka buku sejarah akan membuat kita tertular semangat-2 positif dari sosok yang dicatat sebagai pahlawan peradaban.
- Rajin introspeksi diri.
- Melakukan akitivitas secara terencana
- Menerima kritik sebagai bentuk cinta
- Tidak takut berbuat salah
- Berani menerima tantangan.
oleh: Syamsul Arifin
Santri: PP. Al-Khoirot
Website: www.syamsulbonpat.wordpress.com
0 komentar: