Membaca Kitab kuning adalah tradisi di sebuah pondok pesantren salaf, termasuk Pondok Pesantren Al-Khoirot, bisa membaca kitab kuning adalah sebuah kelebihan yang dimiliki oleh Pesantren salaf.
Tidak semua santri yang mondok bisa membaca kitab kuning, kecuali apabila si santri mempelajari dengan kerja keras dan istiqomah. Salah satu kelebihan yang dimiliki pondok pesantren Al-Khoirot adalah santri-santri serta alumninya mahir dalam urusan membaca kitab kuning.
Pertama kali saya mondok di Al-Khoirot, yang paling saya harapkan di Pondok ini adalah bisa membaca kitab kuning dengan ahli, saya sangat mengidolakan seseorang yang pintar dalam membaca kitab, karena saya anggap orang yang dapat membaca kitab kuning adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan.
Saya sangat heran dulu ketika melihat Ust. Syamsul Arifin (Alumni Pondok Pesantren Al-Khoirot, yang sampai sekarang masih aktif mengajar di Pesantren) berdebat masalah fikih, waktu itu di Al-Khoirot ada kegiatan yang namanya musyawarah akbar, acara ini rutin di adakan di Al-Khoirot pada hari selasa malam. Waktu itu saya melihat Ust. Syamsul sapaan akrab Ust. Syamsul Arifin membawa kita yang besar, kuning dan tidak ada harokat sama sekali, dalam kesempatan ini Ust. Syamsul dapat membacanya dengan tanpa keraguan sedikit pun, di benak hati saya berkata: “kok bisa membaca kitab tanpa ada harokat? Apakah saya bisa menirunya”?.
Tahun ketahun aku lalui, sampai akhirnya aku menginjak kelas lima diniyah, barulah aku sedikit demi sdikit dapat meraba raba membaca kitab yang tidak ada harokatnya sama sekali, di kelas lima ini saya masih belum sepenuhnya dapat membaca kitab kuning dengan mandiri, melainkan masih sering bergantung kepada para asatidz ketika aku tidak bisa membaca kitab kuning.
Setelah kelas lima aku jalani selama satu tahun lamanya, aku naik ke kelas enam, di sinilah aku sedikit demi sedikit mulai mandiri membaca kitab kuning, karena di tahun ini aku sudah tidak terlalu menggantungkan diri kepada para ustadz untuk membaca kitab, hal ini dikarenakan pertama aku merasa malu apabila setiap hari harus bertanya terus, dan yang kedua karena para asatidz waktu itu tidak terlalu menaggapi pertanyaan aku yang berkaitan dengan baca kitab kuning, mungkin mereka melakukan ini karena supaya aku bisa mandiri dalam baca kitab, tidak bergantung kepada sesorang yang lain. Diwaktu aku mulai belajar kitab kuning dulu, mungkin sampai sekarang, aku sangat kesulitan untuk menjelaskan dengan baik apa yang dimaksud dengan isi kitab tersebut, apalagi menjelaskan kedalam Bahasa Indonesia, sebernanya aku mengerti apa isi yang aku baca tersebut, tapi entah mengapa kenapa begitu sulit menjelaskan isi kitab yang sedang aku baca? Tapi hal ini tidak membuat aku patah semangat untuk terus lebih pintar dalam membaca kitab, akan terus bersemangat dan berlatih lebih keras lagi untuk bisa mencapai kekurangan ini. Membaca kitab kuning menurut aku sebetulnya tidaklah sulit apabila sering praktik membaca, tapi yang sulit menurutku adalah menjelaskan isi dari kitab kuning tersebut atau menerjemahnya kedalam bahasa lain. Adakah metode membaca kitab kuning dengan mudah? Menurut pengalamanku, kayaknya tidak ada metode bisa membaca kitab kuning dengan cepat, yang akan membuat mudah tidaknya bisa membaca kitab adalah seberapa banyak praktik yang dilakukan. Wallahu A’lam
hemmm,,,,,ehem ehem ,,,,,,,,,,,,siiiiiiip rooom ,,,I like ,,,,,,!!!
BalasHapus