Senin, 10 Oktober 2011

Kerasan di Al-Khoirot

Mukarrom  /  at  01.14  /  No comments



Pada Tahun 2003 silam aku memulai hidupku yang baru dengan menginjakkan kakiku di tanah Karangsuko sebagai santri PP. Al-Khoirot. Setelah aku lulus dari sekolah dasar (SD) aku memilih mondok di Al-Khoirot, dengan beberapa sebab:


1.      Di kampung saya tinggal Al-Khoirot di kenal dengan baca kitab kuning yang luar biasa, bahkan sebelum aku mondok disini aku pernah mendengar dari seseorang santri yang bukan alumni Al-Khoirot, bahwa santri Al-Khoirot pasti menguasai kitab kuning dan pintar berdebat dalam musyawarah dan pintar berpidato.
2.       Karena kakak perempuanku sudah mondok satu tahun di Al-Khoirot, sehingga orang tuaku sangat semangat memondokkan saya ke Al-Khoirot, dengan alasan apabila mengunjungi anak-anaknya tidak repot.
3.      Faktor pendiri dan pengasuh yang selama aku belum mondokpun, tidak pernah mendengar pengasuh pondok pesantren yang reputasinya lebih baik baik dari pengasuh Al-Khoirot, waktu aku belum mondok ke sini, Al-Khoirot terkenal dengan Kiyai yang sangat alim dan tidak fanatik terhadap golongan, dan hal ini alhamdulillah bertahan sampai sekarang.
4.      Karena aku waktu itu tidak banyak tahu tentang pondok pesantren, hanya ada beberapa pesantren saja yang aku ketahui waktu itu, sebut saja Ganjaran Gondanglegi dan Bendo Pagak.
5.      Biaya di pondok Pesantren Al-Khoirot sangat murah, Karena faktor ekonomi yang hanya di bawah standart, orang tuaku hanya seorang petani, tidak banyak penghasilan uang yang bisa di dapatkan, sehingga tidak memungkinkan memondokkan anaknya di pondok pesantren yang biayanya mahal hingga akhirnya aku di mondokkan di sini. Tapi perlu di ingat, pondok pesantren dengan biaya mahal tidak menjamin seratus persen menjadikan anak didiknya pintar, akan tetapi pintar akan di capai dengan kerja keras dan do’a, dengan kata lain “Al-Khoirot murah tapi bukan murahan” yang dimaksud disini adalah: meskipun Al-Khoirot biayanya murah akan tetapi anak didiknya tidak bisa bersaing dengan anak didik pesantren yang lain.


Belajar ilmu adalah ibadah, tapi meskipun ibadah,  pasti ada halangan, suka maupun duka yang harus di lewati seseorang untuk mencapai kesuksesan, sebagai seorang santri khususnya santri baru, bayak sekali godaan serta rintangan yang harus dilalui, akan banyak sekali godaan yang akan menimpa seorang santri, apalagi santri baru yang tak jarang dapat di lalui oleh para santri.


Penulis sendiri juga pernah mengalami godaan tidak kerasan di pesantren tatkala penulis masih menjadi santri baru di Al-Khoirot, penulis pernah kena penyakit kuning yang mengharuskan pulang untuk menyembuhkan sakitnya, disamping itu penulis juga pernah kena kudis yang mengakibatkan penulis di jauhi oleh para teman-temannya, apalagi ketika waktu makan, karena takut tertular penyakit dan jijik untuk melihatnya, karena kudis yang menimpa penulis bisa dikatakan sangat parah.


Tidak hanya kesusahan saja yang akan di alami oleh seorang pelajar atau santri, di samping ada duka  juga ada suka di dalam kehidupan ini, ketika naik kelas atau bisa berprestasi dalam kelas, adalah kebahagiaan yang sangat indah yang selama ini dirasakan oleh penulis, karena merasakan nikmatnya hasil belajar keras yang telah dilakukan, kepadatan kegiatan juga membuat penulis yang membuat penulis masih betah bertahan di Al-Khoirot tersayang ini. Penulis selama ini merasa sangat betah tinggal di Al-khoirot, hal ini dikarenakan, suasana lingkungan yang sangat nyaman dan perkembangan pesantren yang semakin tahun mengalami kemajuan yang pesat, ketika penulis pertama kali berada di sini, tidak kenal yang namanya dunia maya, jangankan kenal mendengarpun jarang, akan tetapi dengan ridha Allah, hari semakin hari Al-Khoirot menunjukkan perkembangan yang signifikan, mulai dengan adanya sekolah formal dan banyak lagi perkembangan Al-Khoirot saat ini.


Meski mengalami perkembangan yang signifikan, di pesantren Al-Khoirot ada tradisi yang terus di pertahankan dan yang harus terus dipertahankan, yakni percampuran santri putra dan putri ketika sekolah maupun ketika mengaji, santri putra dan putri sangatlah sulit untuk bertemu, hal ini yang dapat banyak pujian dari para kalangan, di antara pujian yang penulis dengan telinga sendiri, keluar dari Bpk. Taufiq (salah satu Guru  Formal dari luar yang mengajar di Al-Khoirot) dia pernah mengatakan “ Al-khoirot sungguh luar biasa, saya tidak pernah melihat sekolah yang siswanya tidak bercampur antara laki-laki dan perempuan, kecuali di l-Khoirot”.

 Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tak terkecuali dengan PP. Al-khoirot, meski banyak kelebihan-kelebihan yang sudah di miliki, bukan berarti Al-Khoirot tidak mempunyai kekurangan, tapi kekurangan itu tidak akan terasa apabila terus menerus dibenahi dengan konsisten. Diantara kekurangan yang ada pada Al-Khoirot ini yang penulis rasakan adalah tentang kurangnya mental ketika harus bersaing di luar, ini bisa dirasakan dengan mudahnya santri yang mudah mengalah sebelum bertanding dalam suatu perlombaan, tapi hal ini hanya butuh waktu dan keberaniaan diri dari para santri. mudah-mudahan Al-Khoirot kedepan bisa lebih maju dan mampu bersaing dengan siapapun Amiin.....



Share
Posted in: Posted on: Senin, 10 Oktober 2011

0 komentar:

Labels

Profil

Foto saya
Alumni PP. Al-Khoirot Karangsuko Pagelaran Malang, dan Sekarang menjadi Mahasiswa Ibnu Sina Kepanjen, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Copyright © 2014 MUKARROM. Alumni PP. Al-Khoirot Malang | Konsultasi Syariah Islam FB-Q Facebook
Blog Q. Proudly Powered by Blogger.